kAU TAHU APABILA KAU MAHU,,,

Rabu, 09 April 2008

CERPEN


CERAI PERINDU

Aku melihat wanita tua itu terus saja membersihkan setiap sudut rumah yang sudah lama didiaminya.Rumahnya yang sudah berusia setengah abad itu merupakan pemberian suaminya ketika baru menikah dahulu.Ia tidak lupa dengan wajah suaminya yang meninggal akibat ditelan ombak Selat Malaka ketika berlayar menuju ke negeri seberang itu.Sesekali kumelihat tangannya membersihkan keringat yang mengucur bagikan air di keningnya sambil membersihkan foto suaminya yang sudah usang dan berdebu.Kulangkahkan kaki coba mendekati wanita itu yang sedang membersihkan tangga rumahnya yang hampir rubuh.Kadang timbul rasa malu dalam diriku karena jarang lewat di depan rumahnya disebabkan kesibukan aktivitas di kampus.
“Assalamualaikum Nek “ ucapku.
“ Mualaikumsalam “ jawabnya sambil memandangku dengan senyuman.
“ Nek apa kabar?” tanyaku sambil membalas senyumnya.
“ Beginilah keadaan selalu,kalau panas tatap panas dan juga apabila hujan tetaplah hujan “ jawabnya.
Aku mengerti apa yang dimaksudkan wanita tua itu.Sebab ketika kumasih kecil ia sering memberi gula-gula kepadaku ketika bermain.
“ Kemana saja tidak kelihatan akhir-akhir ini,biasanya sering lewat di sini “ wanita itu bertanya kepadaku.
“ Nek, saya pergi menuntut ilmu ke kota untuk melanjutkan pendidikan demi masa depan yang saya impikan” jawabku dengan memandang wajahnya.
“ Oh begitu,pantaslah tidak kelihatan selama ini “ ucapnya dengan senyuman dari wajahnya yang senja.
“ Oh ya tidak lama lagi Aini akan pulang dari Medan setelah menyelesaikan semua urusan kerjanya di sana makanya nenek membersihkan rumah ini. “ terang wanita itu.
“ Oooo begitu…oh ya nek, saya pamit dulu karena harus menyelesaikan pekerjaan lagi “ jawabku.
“ Baiklah,hati-hati ya nak “ucapnya.
“ Ya nek.assalamualikum “ ucapku.
“ Mualaikumsallam “ jawabnya sambil melihatku.
Aku melanglah menuju tempat kediamanku yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumahnya.Dalam perjalananku masih teringat wajah cantik Aini ketika pergi sekolah berboncengan naik sepeda denganku.Wajahnya yang putih dan mengunakan jilbab putih yang dibelikan oleh ibunya dulu.
***
Waktu terus saja berputar bagaikan roda kehidupan di dunia fana ini.Di tengah terik panas matahari yang tidak bisa berdamai. kucoba mengunjungi rumah wanita tua itu.Setelah sampai di depan rumahnya kumelihat tidak ada suara satupun terdengar dari dalam.Biasanya sepengetahuanku setelah sholat zuhur biasanya wanita itu duduk di pintu tengah rumahnya sambil minum secawan kopi.Tapi kali ini tidak terlihat pada tempat biasa.
“ Kemana nenek ini,biasanya ada pada saat begini” aku bertanya pada diriku sendiri.
Aku terus mencarinya sampai ke belakang rumah hingga ke kebun pisang yang ditanamnya namun hasilnya tetap tidak menjumpai.Tatkala mahu pulang kumelihat pintu belakang rumahnya terbuka.Kucoba susuri sambil melihat ke bawah kolong rumah itu.Ternyata apa yang terjadi?dari kejauhan kumelihat wanita tua itu termenung sendiri di ruang tengah dengan meneteskan air mata dan menutup pintu tengah dengan rapatnya.
“ Assalamualaikum nek “ ucapku.
“ Mualaikumsallam “jawabnya dengan suara serak setelah menangis yang aku pun tidak tahu apa penyebabnya.
“ Nek,kenapa nenek menangis bukankah besok Aini pulang menjumpai nenek?” tanyaku.
Wanita tua itu membisu seribu bahasa setelah mendengar pertanyaanku tentang kepulangan Aini.Lama ia membisu sehingga kumerasa bersalah bertanya perkara itu.
“Maafkan saya nek sekiranya menyinggung perasaan nenek” ucapku.
“ Tidak nak,kau tidak menyinggung perasaanku” jawab wanita itu dengan memandang keluar dengan pandangan yang kosong.
“ Bacalah surat yang ada di dalam tas yang tergantung di belakang lemari itu” ucap wanita itu sambil memandang keluar.
Aku terdiam membisu dan menjadi pertanyaan dalam hatiku dari siapakah surat itu? Dengan bergegas kumenuju tempat yang ditunjukkannya dan kudapati sepucuk surat yang sudah dibuka dengan perlahan kumembacanya.


Dari : Aini Putri Lestari Medan ,15 oktober 2007
Di Medan

Buat : Bundaku
Di Kampung

Assalamulaikum wb wk
Bunda,semoga bunda sehat di kampung sana.Aini dalam keadaan sehat di sini dan dalam selalu merindukan bunda.sehubungan dengan janji Aini yang akan pulang kampung besok terpaksa aini batalkan karena Aini harus ke Palembang menemani boss Aini yang ada jadwal kerja di sana.jadi kepulangan Aini dibatalkan dulu.Nanti Aini akan belikan bunda baju baru dan akan bawakan masakan kesukaan bunda ya.dan jangan lupa sampaiikan salam Aini kepada teman Aini sewaktu berboncenngan ke sekolah dulu.Aini sudah lupa namanya tapi Aini tak lupa sama wajahnya.Demikinlah yang dapat Aini kabarkan buat bunda di kampung dan jangan lupa jaga kesehatannya.

Wasssallamulaikum wb wk
Aini

Setelah membaca surat itu mataku tanpa sengaja mengeluarkan bening yang menetes sambil memandang ke arah wajahnya yang masih termenung.Lalu kumenuju wanita itu sambil memegang tangannya.
“Nek,sabar ya”ucapku.
Kumelihat butiran-butiran bening keluar dari kelopak matanya yang sudah senja.kusadari kerinduan pada Aini tidak bisa terbendung lagi karena sudah 6 tahun Aini tidak pulang ke kampung ini menjumpai orang tuanya. Aku tidak bisa berlama di rumah wanita itu karena tugas perkulihan belum selesai dan kumohon pamit padanya. “ Nek,saya pulang ya karena ada kerja yang mau diselesaikan “ ucapku.
“ Hati-hati ya nak “ jawabnya sambil menyapu air matanya.
“ Baik nek,assalamualaikum “ ucapku.
“ Waalaikumsallam “ jawab wanita itu dengan memandangku.
Dalam perjalananku aku menjadi tanda tanya kenapa Aini sanggup membuat ibunya yang sudah tua terluka.Waktu terus berputar dengan cepatnya bagaikan roda yang kencang.Wanita itu memendam rindu yang dalam dan sangat dalam.
***
Pada malam itu hujan sangat derasnya dan petir saling menyambar.Kerisauanku kepada wanita itu semakin mendalam apalagi hujan sangat lebatnya karena pernah kumelihat ketika berkunjung kerumahnya banyak seng yang sudah bocor.Malam itu juga kubergegas menuju ke rumah wanita tua itu.Ternyata apa yang terjadi sangat menyedihkan yaitu wanita itu menggigil kedinginan dan pakaian basah terkena air hujan yang menetes di kamarnya sambil menyebut dengan suara serak,,Aini pulanglah ibu merindukanmu. Tak dapat kutahan air mata ini sambil berlari menuju ke arah laut yang membentang luas aku memekik sekuatnya seiringan dengan halilintar yang menyambar. Tanda tak kuat menahan kesedihan yang menimpanya dan menyesal dengan Aini yang telah sanggup melukai hati orang yang telah melahirkan dan membesarkannya.Kubiarkan pakaianpada malam itu basah dan seluruh tubuh disirami air hujan malam.Setelah melampiaskan kekecewaanku pada laut yang membisu dan pada deru angin yang ditemani deburan ombak laut yang mengganas.Dan redupnya cahaya bulan pada malam itu. Kuberlari dengan tangisan menuju ke rumah wanita tua itu melihat rindu yang dipendamnya.Sesampai di pintu rumahnya kucoba memberi salam.Ternyata tak ada jawaban yang pasti tentang salamku lagi. Kudorong pintu tersebut dengan kerasnya sehingga terbuka.Ternyata apa yang terjadi?wanita itu telah tiada lagi dan ia mengembuskan nafas terakhir dengan kerinduannya sambil memegang foto Aini denganku ketika masih sekolah dulu.Dan kudapati di tangannya secarik kertas yang bertuliskan : Carilah diriku di dalam dirimu dengan mimpi yang pasti,jangan kau dustakan kerinduan ini walaupun masih terkubur buat sementara.rinduku ada pada dirimu
Aku menangis dengan tangisan yang dahsyat pada malam itu.

Gunawan.R
Ketua komunitas pohon
Mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia
Uninersitas Riau
pekanbaru

Tidak ada komentar: