kAU TAHU APABILA KAU MAHU,,,

Rabu, 09 April 2008

Sajak-sajak Gunawan.R



Manusia-manusia tersembunyi yang kuimpikan

Gelap dan kabut menyelimuti jiwaku
Tak ada yang peduli tanpa kasihan
Tertinggal dalam keresahan dibaluti irisan-irisan kepedihan
Tanpa sebab yang lama membeku jadi seribu liang
Menganga menanti siraman yang lama bertahan

Setiap nafas yang keluar dari rongga bertuan
Setiap detik datang dan pergi tanpa menampakkan sinar suci
Hanya keresahan membaluti dan bersemayam dalam jiwa
Lama telah kutunggu
Bahkan dalam setiap langkah dan derap yang dilalui bersama diriku
Jasadku,aku,jiwa yang terluka dan menangis
Meronta dan meminta pada yang tiba
Bahkan dalam keterasingan yang amat mencekam
Perih, pedih, luka, pilu menjadi satu bersarang dalam benak yang sendiri
Tak terkira berjuta rasa kini lebur tak bertuan dan yatim
Tinggallah diri dan diri

Namun berharap pada yang nyata tidaklah besar
Namun menghiba pada yang jelas tiada terlintas
Pada siapa lagi kalau bukan pada jiwa dan nafas yang resah dan gelisah
Pada siapa lagi kalau bukan penghiba datang pada kepahaman memahaminya
Tak berharap pada yang jelas
Manusia-manusia yang tersembunyi yang kuimpikan dalam setiap nafas
Derap langkah jadi satu pembangkit energi diri dan keresahan pudar
Sirna menuju gerbang kesyahduan bersama cahaya jalan lurus



( Komunitas pohon,2008 )












Lukisan tengah malam tanpa membaca jiwa-jiwaku

Angin malam sedikitpun tak dapat membaca jiwa-jiwaku
Bintang malam hanya membisu dengan kelompoknya
Rembulan tak bergeming hanya bersiap tenggelam sebentar lagi
Suara malam tak terdengar bagi mereka yang terbang entah kemana
Bersama lenanya tidur tanpa membaca jiwa-jiwaku
Kegelapan memang pakaian malam tanpa lentera yang menerangi
Suara binatang malam tak mampu membaca jiwa-jiwaku
Biar sekerat dan secebis masuk dalam jiwa-jiwa yang kesepian
Jiwa-jiwa yang merindui ketenangan yang tergadai puluhan tahun dulu
Jiwa-jiwa yang merindui asyiknya berbalut perban kesejukan tetesan rindu
Menetes tepat di lubuk sanubari yang paling dalam
Tak seorang pun tahu dan lukisan malam tak dapat membacanya
Karena terlalu dalam dan jauh dan jauh tak terhinggga
Tanya pada angin malam pernahkah ia membacanya
Tanya pada bintang pernahkah ia membacanya atau
Lukiskan itu semua tak mampu membaca jiwa-jiwaku
Apalagi bertanya pada insan yang terbang bersama mimpinya dan
Larut masuk ke dalam jiwa-jiwa kosong yang mudah di ambil dan dibawa
Entah kemana dan tak tahu rimbanya
Dapatku petik dalam berdiriku sendiri dikegelapan malam
Telah kulukis dari barat, timur, utara, selatan tak mampu membaca
Jiwa-jiwaku apalagi jiwa-jiwa manusia dan manusia



( Komunitas pohon,2008 )



















Hanya sebuah asa

Lama bertahun menghilang tak dapat dicari
Puas disudut pelosok mata angin yang menderu
Puas diliku-liku persimpangan hidupmu tak kutemui
Engkau entah kemana
Pergi tak meninggalkan kesan dan sepatah kata
Adakah aku salah dan melukakan sanubari yang penuh kelembutan itu
Adakah tersalah langkah hingga aku tak tahu kemana arah lagi
Sekiranya semua itu jadi persoalan
Dari sudut jiwa yang kosong dan kekabutan mencari jejakj-jejakmu
Inginku jemput dan kusambut datangmu
Bersama jiwa baru yang kau hidupkan dalam kepergianmu

Kini kuberharap ketibaaanmu di depanku
Lalu berseloka dengan alunan kerinduan yang lama terkulai tak berdaya
Harap kau kembali setelah kulepaskan gulita dulu
Menyirami kebun-kebun kasih sayang dengan air ketulusan
Menatap masa depan yang menanti dan memanggil







( Komunitas pohon, 2008 )



















Rintihan yang tak didengar

Tak ada yang tahu membaca sahabat yang lama bersama kita
Begitu juga tak ada ambil peduli kawan yang senantiasa melayani manusia
Tiuannya,derunya,geloranya,kesejukannya dan indahnya bentuknya
Kenapa kita hanya tahu memperkosanya
Kenapa kita tahu meluluhlantakannya
Tanpa kita sadarai sejak dulu padahal ia bermanfaat bagi kita
Sudah lama ia menderita dengan sepak terjang angkara mereka
Sudah lama ia sakit dengan tangan jahil yang memotong tanpa hirau
Jangan disalahkan jika ia tak mau bersahabat dengan kita lagi

Coba baca diri dan sekitar kita
Apa yang telah kita lakukan demi mpersahabatan kita dengannya
Adakah kita merawatnya dengan ketulusan dan kesungguhan
Jika itu cintanya akan menghasilkan kedinginan yang dapat dirasakan
Tanpa ada bahaya yang mengancam setiap jiwa-jiwa yang bernafas
Tanpa ketakutan yang mendalam
Bacalah diri kita
Bacalah setiap jiwa-jiwa kita adakah menjaganya
Kedamaian hidup dapat dirasakan dengannya dengan derunya
Jika itu yang kau mahu hari ini

Mulakan tanpa menunda-menunda waktunya
Detik setiap nafasnya akan berarti untuk menjaganya
Tunggu apa lagi langkahlah dengan penuh semangat dan tekad
Untuk masa depan bersama mereka yang tidak bisa bicara dengan kita
Mereka hanya diam dan diam
Apabila marah tunggulah masanya untuk membinasakan kita semua
Bersama hemapasan dan tiuapan yang ditakutinmya
Ia tidak minta banyak dari kita
Hanya penjagaan yang diiringi rasa cinta dari diri yang bernama manusia.


( Komunitas Pohon, 2008 )











Mengapa dia

Mengapa dia
Berkepala tikus berbulu kesombongan
Sambil meluluhlantakkan perut rakyat
Menampakkan gigi di kursi ketertawaan diiringi keangkuhan
Tiba menguasai hatimu
Berbekal segenggam butir pasir kehidupan

Mengapa dia
Yang membuat penderitaan
Anak kecil berkelana berbalut celana
Membakar bayi-bayi di rahim bunda
Membunuh ayahmu dengan tangannya
Bersama dengan jiwa-jiwa yang tidak memiliki jiwa
Mengapa dia kau menjadi terluka
Kau terlunta
Kau buta
Tak tahu meja
Meja kehidupan




( Komunitas Pohon, 2007 )





















Anak perahu tua

Anak perahu tua
Merintih, menjerit, di sudut kehidupan itu
Menahan perih kekosongan tanpa terisi dari mula tadi
Lambung kehidupan
Tak siapa peduli
Tak juga kau
Oh
Memang perih pedih
Sekelilingnya buta tak bermata
Berlalu tak bertegur sapa
Tinggallah anak perahu tua
Dalam sedih dan luka
Tak terkira panjangnya



( Komunitas Pohon, 2007 )


























Renungan seorang anak

Tak dapat dipungkiri lagi kasih sayang bunda
Mengapa aku tertidur
Dihamparan dunia fana ini
Hingga aku melupakanmu
Bersama roda masa kehidupan yang mewarnai hidup
Kini anakmu datang sejuta impian
Mengharap doa restumu
Tuk menggapai ridho Nya
Anakmu ingin tenggelam dilautan pelukmu
Membawa kealam cinta bunda
Yang selama ini kuimpikan
Yang selama ini ku harapkan
Bersama dengan berjalannya waktu
Sampai tiba masa waktu nanti



( Komunitas Pohon, 2007 )





Tentang penulis

Gunawan.R merupakan ketua komunitas pohon sebuah komunitas sastra di Universitas Riau dan masih kuliah di pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Riau

2 komentar:

delvi yandra mengatakan...

wah, komunitas pohon...jadi tertarik untuk bertandang ke tempat sahabat saya ini...

kalau boleh tahu, kira-kira filosofi pohon dari komunitas pohon apa gun???

Dunia Sastra Gunawan.R mengatakan...

SALAM KENAL BUAT SAUDARA DARI ALVI PUSPITA.sEORANG GADIS YANG AKTIF DI KOMUNITAS POHON...